Cerita ini berawal dari
aku dan temanku yang hendak pulang dari liburan hiking. Di sebuah bangku
panjang yang ada angkot, di hari yang cerah ketika matahari ramah menyapa. Kita
berdua duduk di tengah keramaian. Di antara canda setiap orang yang datang,
kita hanya duduk tanpa kata sampai beberapa menit berlalu.
Tapi kurasa kita telah
lama berbincang, perbincangan dalam hening. Percakapan yang keluar dari hati
dan hanya hati pula yang mampu mendengarnya. Saat itu hati kita berdua berdebar
tanpa sanggup kita bendung. Aku dan kamu hari ini sama. Sama-sama mengerti
perasaan yang tidak perlu disampaikan untuk mengertinya.
Beberapa menit tanpa
kata sudah berlalu dan kamu akhirnya mengucapkan sebuah kata. Aku hampir tidak
percaya. Aku hampir menyangka semua ini ilusi.
Aku menghargai jarak dan
waktu yang memisahkan kita. Semua hanya masalah kesabaran untuk menanti jawaban
takdir kita. Dan jujur sungguh aku cemburu dengan laki-laki lain yang selalu
kamu telpon, yang selalu kamu kirimi pesan, yang selalu mention kamu, yang
punya banyak foto bersamamu, yang selalu bermanja di dekatmu.
Sementara aku tetap
menjadi seseorang yang mungkin tidak penting buatmu, tapi aku akan sabar
menanti jawaban takdir tentang siapa dirimu untuk diriku. Tapi aku selalu
berdo’a yang terbaik untukmu.
Jangan lupa tinggalkan
jejakmu ^_^